Variabel Penelitian – Dunia Pendidikan

Variabel Penelitian – Dunia Pendidikan


Memahami variabel penelitian

Jika ada pertanyaan tentang apa yang diteliti, maka jawabannya berkaitan dengan variabel penelitian. Oleh karena itu, variabel penelitian pada dasarnya adalah segala bentuk yang ditentukan oleh peneliti untuk dipelajari guna memperoleh informasi tentangnya dapat diartikan mengandung “variabel”. Antara satu orang dengan orang lainnya. atau suatu objek dengan objek lainnya (Hatch dan Farhady, 1981) mungkin juga merupakan ciri dari beberapa bidang atau kegiatan ilmiah.

Tinggi badan, berat badan, sikap, motivasi, kepemimpinan, disiplin kerja merupakan sifat-sifat yang dimiliki setiap orang, disebut variabel karena adanya variasi. Misalnya berat badan bisa dikatakan bervariasi, karena berat badan suatu kelompok orang berbeda-beda antara satu dengan yang lain. Jadi jika peneliti ingin memilih variabel penelitian, apakah itu sifat orang, benda, atau bidang kegiatan dan pengetahuan tertentu, maka harus ada variabilitasnya. Variabel yang tidak mengalami perubahan disebut non-variabel. Agar dapat dibedakan, penelitian harus didasarkan pada sekelompok sumber data atau item yang berbeda.

Kurlinger (1973) menyatakan variabel adalah konstruk atau karakteristik yang ingin dipelajari. Misalnya tingkat aspirasi, pendapatan, pendidikan, status sosial, gender, kelompok gaji, produktivitas kerja, dll. Pada bagian lain Kurlinger menyatakan bahwa variabel dapat disebut sebagai suatu sifat yang mempunyai nilai yang berbeda-beda, dengan demikian variabel adalah sesuatu yang bervariasi.

Variabel penelitian

Lebih lanjut Kidder (1981) menyatakan bahwa variabel adalah kualitas yang diteliti oleh peneliti. Dari definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa variabel penelitian adalah karakteristik seseorang, objek atau aktivitas atau suatu sifat atau nilai. Beberapa variabel ditentukan oleh peneliti yang melakukan penelitian dan kemudian ditarik kesimpulannya.


Variabel yang berbeda

Berdasarkan hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain, maka perbedaan variabel dalam penelitian dapat dibedakan menjadi:


Variabel ini sering disebut dengan variabel stimulus, prediktor, anteseden. Di Indonesia sering disebut dengan variabel independen Variabel independen adalah variabel yang menyebabkan variabel dependen berubah atau muncul.

Sering disebut sebagai variabel keluaran, kriteria, hasil. Di Indonesia sering disebut dengan variabel terikat. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau akibat dari adanya variabel bebas tersebut.


Variabel yang mempengaruhi (memperkuat dan memperlemah) hubungan antara variabel independen dan dependen. Variabel tersebut disebut juga dengan variabel bebas kedua. Hubungan antara perilaku suami dengan komitmen kerja (variabel terikat). Istri akan lebih baik (kuat) jika mempunyai anak, dan jika ada pihak ketiga yang melakukan intervensi.


Moderator merupakan variabel yang memperkuat hubungan, dan pihak ketiga merupakan variabel yang memperlemah hubungan. Hubungan motivasi dengan produktivitas kerja akan kuat bila peran pemimpin dalam menciptakan lingkungan kerja sangat baik, dan hubungan akan lemah jika peran pemimpin dalam menciptakan lingkungan kerja kurang baik.


Pengukuran variabel

Pengukuran variabel penelitian dapat dikelompokkan menjadi 4 skala pengukuran, yaitu


  1. Skala nominal

Merupakan himpunan yang memuat anggota-anggota yang sebangun pada setiap anggotanya dan berbeda dengan anggota himpunan yang lain.

Misalnya:

  • Gender: Perbedaan antara pria dan wanita
  • Pekerjaan: Dapat dibagi menjadi petani, karyawan, pedagang.
  • Golongan darah: Perbedaan dari golongan darah. 0, A, B, AB
  • Ras: Dapat dibedakan menjadi Mongoloid, Kaukasoid, Negroid.
  • Suku : Jawa, Sunda, Batak, dll dapat dibedakan.

Dalam skala nominal, variasi tidak menunjukkan kesinambungan atau kesinambungan, setiap variasi menonjol.

Skala nominal tidak dapat menentukan apakah suatu kategori mempunyai derajat yang lebih tinggi atau lebih rendah dibandingkan kategori yang lain atau apakah suatu kategori lebih baik atau lebih buruk dari kategori yang lain.


  1. Skala umum

Skala ordinal adalah skala variabel yang menunjukkan tingkatan.

Skala ordinal adalah himpunan yang anggota-anggotanya diurutkan menurut pangkat, urutan, pangkat, atau kedudukan.

Skala ordinal adalah kategori yang dapat diurutkan atau diberi peringkat.

Skala ordinal merupakan skala data yang berkesinambungan dimana batas antara variasi suatu nilai dengan variasi nilai yang lain tidak jelas, sehingga yang dapat dibandingkan adalah apakah suatu nilai lebih besar, sama dengan, atau lebih kecil dari nilai yang lain.

Contoh:

  • Jenjang Pendidikan : Tergolong SD, SMP, SMA, PT
  • Pendapatan: Tinggi, Menengah, Rendah
  • Tingkat Keganasan Kanker: Diklasifikasikan menjadi Stadium I, II, dan III. Dapat dikatakan: Tahap II lebih berat dari Tahap I dan Tahap III lebih berat dari Tahap II. Namun besarnya perbedaan intensitas tersebut tidak dapat kita tentukan secara pasti.
  • Sikap (yang diukur dengan skala Linkert): setuju, ragu, tidak setuju.

  1. Skala interval

Skala interval adalah skala data kontinu yang batas selisih antar nilainya jelas, sehingga jarak atau interval dapat dibandingkan.

Disebut ukuran interval apabila jarak atau perbedaan antara suatu nilai pengamatan dengan nilai pengamatan lainnya dapat ditentukan dengan pasti.

Nilai-nilai variabel pada skala interval juga dapat dibandingkan pada skala umum (lebih besar, sama, lebih kecil, dll), tetapi nilai absolut tidak dapat dibandingkan secara matematis, sehingga nilai-nilai pada skala interval Batasan variasinya bersifat arbitrer. (angka nol tidak mutlak).

Contoh:

  • Suhu / Suhu Tubuh: Sebagai skala interval, suhu 360 Celcius jelas lebih panas dibandingkan suhu 240 Celcius. Namun tidak bisa dikatakan suhu 360 Celcius satu setengah kali lebih panas dari suhu 240 Celcius. Alasan : Pengaturan skala 00 Celcius tidak mutlak (= 00 Celcius bukan berarti tidak ada suhu sama sekali).
  • tingkat kecerdasan,
  • Jarak dll

  1. Skala Proporsi = Skala perbandingan

Skala rasio adalah skala yang selain mempunyai batas interval yang jelas, juga mempunyai batas variasi nilai yang tegas dan mutlak (nilai nol mutlak).

Misalnya:

  • Tinggi badan: Sebagai skala perbandingan, tinggi badan 180 cm dapat didefinisikan sebagai selisih 60 cm dari tinggi badan 120 cm sebagai: Tinggi badan 180 cm adalah 1½ kali 120 cm.
  • Pulsa : Nilai 0 pada pulsa dapat dikatakan tidak ada pulsa sama sekali.
  • Beratnya
  • Dosis obat dll

Korelasi antar variabel

Terdapat 3 korelasi antar variabel yaitu :


  1. Korelasi Simetris

Korelasi simetris terjadi bila ada hubungan antara dua variabel, namun tidak ada mekanisme pengaruhnya. Semua orang bebas.

Korelasi simetris terjadi karena:

Misal: Kenaikan gaji dosen karena hujan deras.

  • Keduanya merupakan akibat dari faktor yang sama (hasil dari variabel bebas).

Contoh: Hubungan antara berat badan dan tinggi badan. Keduanya merupakan variabel terikat dari variabel bebas yaitu “pembangunan”.

  • Keduanya merupakan indikator dari konsep yang sama.

Misalnya: hubungan antara kekuatan kontraksi otot dan resistensi kontraksi otot; Keduanya merupakan indikator “kemampuan” otot untuk berkontraksi.


  1. Korelasi asimetris

Korelasi asimetris merupakan hubungan antara dua variabel dimana variabel yang satu mempengaruhi variabel yang lain (variabel bebas dan variabel terikat).

Contoh: Tingginya kadar lipoprotein dalam darah akan mengakibatkan aterosklerosis.


  1. Korelasi

Terdapat korelasi antara dua variabel yang saling mempengaruhi.

Contoh:

Korelasi antara nutrisi dan malabsorpsi.

Malabsorpsi akan mengakibatkan malnutrisi, sedangkan malnutrisi mengakibatkan atrofi mukosa usus yang pada akhirnya menyebabkan malabsorpsi.


Karakteristik variabel penelitian

Dalam penelitian, variabel mempunyai tiga sifat khusus, yaitu: mempunyai rentang nilai, membedakan suatu hal dengan hal lain dalam suatu populasi, dan dapat diukur.


  • Nilai variabel bervariasi.

Karena variabel membedakan suatu objek dengan objek lain dalam populasi, maka nilai variabel tersebut pasti berbeda. Misalnya sebagai berikut: Dari populasi yang berjumlah 40 orang mahasiswa, indeks prestasi atau IPK hanya akan berbeda jika terdapat variasi nilai IPK pada populasi tersebut.

Dan sebaliknya, jika tidak ada perbedaan nilai IP diantara 40 siswa karena mempunyai nilai IP yang sama, maka IP tidak dimasukkan dalam konsep variabel kelompok populasi. Contoh lainnya adalah suatu populasi yang tinggal di suatu wilayah, jenis pekerjaan atau pekerjaan tidak berubah-ubah jika semua anggota populasi tersebut mempunyai pekerjaan atau pekerjaan yang sama.


  • Variabel membedakan satu objek dengan objek lainnya.

Objek dapat menjadi anggota suatu populasi karena mempunyai kesamaan sifat. Meskipun serupa, namun item-item dalam suatu populasi tetap dapat dibedakan satu sama lain melalui suatu variabel. Misalnya suatu populasi pelajar terdiri dari anggota-anggota yang mempunyai satu ciri yang sama, yaitu pelajar.

Terlepas dari persamaan tersebut, para siswa tersebut berbeda dalam hal usia, agama, jenis kelamin, motivasi belajar, gaya belajar, prestasi, tempat tinggal, pekerjaan orang tua, kemampuan, kecerdasan, dan lain-lain. Perbedaan tersebut bersifat variabel karena mempunyai ciri pembeda antar item dalam populasi siswa.


  • Variabel harus dapat diukur.

Penelitian kuantitatif memerlukan temuan penelitian yang objektif, terukur, dan selalu terbuka untuk dievaluasi. Variabel berbeda dengan konsep, karena konsep belum tentu bisa diukur sedangkan variabel bisa diukur. Variabel merupakan operasionalisasi konsep (Boma, 1993:38). Misalnya pembelajaran adalah konsep dan hasil belajar adalah variabel, siswa adalah konsep dan jumlah siswa adalah variabel.

Dengan demikian, data variabel penelitian harus dinyatakan dalam perilaku yang dapat diukur dan diamati, misalnya prestasi belajar adalah banyaknya jawaban benar yang dihasilkan siswa pada saat mengerjakan tes.


Properti variabel

Berdasarkan sifatnya, variabel penelitian dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu variabel statis dan variabel dinamis.


Variabel statis adalah variabel yang mempunyai sifat tertentu, keberadaan atau sifat-sifatnya tidak dapat diubah. Dalam keadaan normal dan wajar, karakteristik tersebut sulit diubah, misalnya jenis kelamin, status sosial ekonomi, jenis pekerjaan, tempat tinggal, dan lain-lain. Beberapa orang juga menyebut variabel statis ini sebagai variabel yang diatribusikan (Sadjaru dan Basravi, 2009:198).

Sifatnya deterministik, sehingga penelitian hanya mampu menyeleksi atau menyeleksi. Oleh karena itu, variabel ini disebut juga variabel selektif. Menurut Saharsemi (2006:124), selain menggunakan istilah variabel statis, ia juga menggunakan istilah variabel berdaya untuk tujuan yang sama, karena peneliti tidak mampu mengubah atau menyarankan variabel tersebut.


Variabel dinamis adalah variabel yang keberadaan atau sifat-sifatnya dapat diubah. Variabel ini memungkinkan untuk dimanipulasi atau diubah sesuai dengan tujuan yang diinginkan peneliti. Perubahan tersebut dapat berupa kenaikan atau penurunan. Contohnya adalah sebagai berikut; Motivasi belajar, kinerja pegawai, prestasi belajar, dan sebagainya. Selain menggunakan istilah variabel dinamis, Saharsemi (2006:124) untuk tujuan yang sama menggunakan istilah variabel transformasi. Sedangkan Sudjarwo dan Basroi (2009:197) menggunakan istilah variabel aktif untuk menyebut variabel dinamis tersebut.


Demikianlah artikel duniapendidikan.co.id mengenai Variabel Penelitian: Pengertian, Jenis, Pengukuran, Sifat, Korelasi dan Sifatnya, semoga artikel ini bermanfaat bagi anda semua.



Sabung Ayam Online

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *