Asal kata tasawuf adalah dunia pendidikan

Asal kata tasawuf adalah dunia pendidikan


Asli tasawuf mengatakan.

Kata tasawuf berasal dari kata sufi. Istilah “sufi” dan “tasawuf” tidak pernah dikenal pada masa Nabi Muhammad SAW dan pada masa Khalifah Rasyidin. Istilah ini baru populer pada pertengahan abad Hijriah. Abu Hasim al-Khafi adalah orang pertama yang memperkenalkan istilah sufi dan menambahkan kata sufi di akhir namanya. Para ahli berbeda pendapat mengenai asal usul kata tasawuf.

√ Asal Kata Tasawuf: Ide dan Ciri-ciri Neo-Sufisme

Secara umum disepakati bahwa tasawuf berasal dari kata Suf yang berarti bulu domba. Ada pula yang berpendapat bahwa kata tasawuf berasal dari kata Sufah yang berarti serambi Masjid Nabawi, tempat tinggal beberapa sahabat Ansar. Ada pula yang berpendapat bahwa kata tasawuf berasal dari kata Saf yang berarti garis. Dan ada juga yang mengatakan bahwa tasawuf berasal dari kata Safa yang artinya bersih.

Mistisisme sebelumnya telah berusaha menunjukkan bahwa lokus sebenarnya apresiasi keagamaan terletak pada perspektif batin. Hal ini akan berdampak pada terlalu mengutamakan aspek batin dan kurang memperhatikan aspek lahiriah, sehingga akan menghambat pemenuhan nilai-nilai Islam. Oleh karena itu wajar jika kaum sufi tidak terlalu tertarik pada isu-isu sosial.


Asal Usul Tasawuf

Banyak pro dan kontra mengenai asal muasal tasawuf, baik berasal dari luar maupun dari dalam Islam. Berbagai sumber menyebutkan bahwa ilmu tasawuf sangat kabur. Ada pula pendapat yang menyebutkan bahwa tasawuf merupakan paham yang dikembangkan sebelum Nabi Muhammad SAW menjadi Utusan Allah.

Dan umat Islam baru di Irak dan Iran (sekitar abad ke 8 M) merupakan kelompok pertama yang menerima atau menganut agama non Islam. Meski masuk Islam, hidupnya tetap sederhana dan menjauhi kemewahan dan kesenangan duniawi. Hal ini didorong oleh keseriusannya dalam melaksanakan ajarannya, yaitu dalam hidupnya ia sangat rendah hati dan merendahkan diri terhadap Tuhan.

Orang-orang ini selalu mengenakan pakaian yang sangat sederhana pada masa itu, yaitu pakaian yang bahkan terbuat dari kulit domba yang berbulu sehingga hal itu kemudian dikenal sebagai semacam tanda bagi para penganut doktrin ini. Oleh karena itulah pemahaman mereka kemudian disebut tasawuf, tasawuf atau tasawuf. Sedangkan yang menganut paham ini disebut sufi.


Doktrin tasawuf

Dalam bentuk akhirnya, keyakinan tasawuf berbeda dalam segala aspeknya dengan Al-Qur’an dan Sunnah, karena sumber dan penerimaan keyakinan tersebut, yaitu sumber ilmu agama. Dalam Islam, keimanan ditentukan oleh Al-Qur’an dan As-Sunnah saja, namun dalam tasawuf ditentukan oleh ilham, yaitu wahyu yang dipercaya oleh para wali.

Hal ini terkait dengan raksasa yang mereka sebut sebagai makhluk spiritual atau kenaikan jiwa ke langit. Larut dalam Tuhan dan bersinar dalam cermin hati. Oleh karena itu, menurut pengakuan mereka, hal-hal ghaib diturunkan sepenuhnya kepada para resi sufi melalui Qasif dan mengikatkan hati mereka kepada Nabi Muhammad SAW, karena dalam keyakinan mereka ilmu-ilmu tersebut bergantung pada Nabi (damai dan berkah Allah besertanya) saat Anda terjaga atau dalam mimpi.

Ketika ada banyak sumber, keyakinan itu sendiri berkembang, berubah dan berbeda satu sama lain. Masing-masing meriwayatkan apa yang dimilikinya, apa yang dilihatnya dengan mata dan pikirannya, atau apa yang disabdakan oleh Rasulullah SAW, apa yang diberikan malaikat kepadanya, atau apa yang dia catat sendiri di dalamnya. Tablet itu Para sufi mempunyai penafsiran spiritual terhadap Al-Qur’an dan Sunnah, yang terkadang mereka sebut dengan penafsiran tanda-tanda.


Contoh ilmu kebatinan atau tasawuf.


Dalam pengertian ini terdapat keyakinan bahwa manusia dapat bersatu dengan Tuhan. Penganut paham Wahdat al-Wujud ini mendasarkan argumennya pada Al-Qur’an yang mendukung penyatuan antara jiwa manusia dan jiwa Tuhan.
Dalam penciptaan manusia pertama, Hazrat Adam (saw): “…Maka ketika aku telah menyelesaikan peristiwa itu dan meniupkan jiwaku ke dalamnya; oleh karena itu hendaklah kamu tersungkur dan sujud di hadapannya (Al-Shaad; 72 )” Oleh karena itu, ruh manusia dan ruh Allah dapat dikatakan bersatu dalam shalat, karena ruh itu untuk menghidupkan kembali ruh manusia dengan ruh Allah SWT. .

Atas dasar efek ‘kesatuan’ ini, Sunnah dalam tasawuf tidak dianggap sebagai kewajiban melainkan tuntutan batin karena hanya dengan melepaskan/tidak mementingkan dunia maka tumbuhlah rasa cinta kepada Allah Ta’ala yang berdampak. ‘kesatuan’ yang mendalam. Di kalangan penganut spiritualitas, paham ini dikenal juga dengan doktrin Mananggalang Kawala Lan Gusti yang berarti persatuan antara penyembah dan Tuhan.


Pokok-pokok Ajaran Tasawuf

Prinsip dasar tasawuf terbagi menjadi tiga bagian, yaitu:

1. Tasawuf Etis, seperti namanya, terutama berfokus pada penyucian jiwa manusia untuk mencapai tujuan mencapai kedekatan dengan Allah dan beribadah kepada-Nya. Menurut para sufi, manusia terdiri dari urusan jasmani dan rohani. Jasmani dilengkapi panca indera, ruhani dilengkapi dengan akal, perasaan dan emosi. Menurut teori sufi, manusia mengikuti keinginannya. Hasrat syahwat ini ingin menguasai dunia dan segala isinya, melupakan tujuan sebenarnya sebagai hamba Allah yaitu mencari keridhaan Allah.

Karena waktu dihabiskan untuk urusan duniawi, ingatan dan perhatian teralihkan dari Allah. Al-Ghazali mengatakan hal itu disebabkan oleh hawa nafsu yang tidak terkendali. Namun manusia tidak boleh menutup emosinya karena passion merupakan salah satu kemungkinan bagi manusia untuk dapat menjalani kehidupan yang lebih inovatif dan penuh kreativitas. Nafsu sebenarnya merupakan hal yang wajar, mempunyai kecenderungan baik dan buruk, menjadi baik jika dibersihkan dari pengaruh buruk dengan mendorong agama sejak dini, sehingga nafsu dapat dikendalikan.

Sebagai inspirasi munculnya tasawuf Ehsan, pada suatu hari Rasulullah (damai dan berkah Allah besertanya) terlihat oleh Jibril (saw).
Tujuannya untuk menceritakan/mengajarkan tentang dasar-dasar Islam. Yakni iman, Islam dan kebaikan. Aqidah mencakup Adab al-Batniyyah yang berkaitan dengan keimanan dan keyakinan umat Islam. Islam meliputi sastra kelahiran, syariat dan cabang-cabangnya.

Sedangkan Ehsaan harus mencakup keduanya atau bisa juga disebut dengan tingkat penilaian. Sejarah mencatat, seiring berjalannya waktu perpecahan dan perbedaan menguji umat Islam. Karakteristik yang berbeda, wilayah kekuasaan yang semakin luas dan kepemimpinan Islam yang tidak jelas. Hal tersebut menjadi faktor utama awal terjadinya kekacauan dalam ummat Islam. Seperti yang pernah dilakukan Rasulullah (damai dan berkah Allah besertanya).

menginformasikan bahwa “yang pertama hilang/hilang dari bangsaku adalah kepemimpinan dan yang terakhir hilang/hilang adalah shalat” sehingga yang diterima umat Islam tentang Dien Islam bukanlah.
Kemudian secara utuh ada yang hanya menerima Islam dan hanya fokus pada keislamannya saja, kemudian diantara mereka muncullah para ahli hukum yang terkenal (paling populer) Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi’i dan Imam Hanbali.


Fenomena Paranormal dan Ruqyah (Pengobatan Alternatif)

untuk memahami

Supranatural atau supranatural adalah setiap peristiwa atau kejadian yang bersifat luar biasa atau luar biasa atau secara umum dianggap di luar batas kemampuan manusia dan tidak sesuai dengan hukum alam. Sebenarnya kemampuan tersebut bisa dicapai dengan mengembangkan cakra atau pusat energi di dalam tubuh.


Pemikiran dan Ciri-ciri Neo-Sufisme


Istilah neo-sufisme pertama kali muncul dari pemikir Islam kontemporer, Fazlur Rahman. Menurutnya, apa yang disebutnya Neo-Sufisme dipelopori oleh Ibnu Taimiyah yang perjalanannya akhirnya dilanjutkan oleh muridnya Ibnu Qayyim.

Dan kemunculan kembali tasawuf pada abad ke 7/13 M merupakan awal sejarah perkembangan tradisi Islam masa depan. Seiring berkembangnya tasawuf, khususnya pada abad ketiga H, pengaruh luar semakin terasa. Salah satunya akibat terpengaruh pola budaya yang berbeda sehingga memunculkan dua gaya berpikir tasawuf.

Dua gaya tersebut adalah gaya materi utama tasawuf yang berlandaskan Al-Qur’an dan Sunnah serta pemikiran-pemikiran mendasar pembentukan etika yang dicakup oleh para ulama moderat, sedangkan gaya kedua adalah tasawuf yang berlandaskan filsafat. Relasi manusia dengan Tuhan dilakukan oleh para pemikir yang cenderung menggambarkan hubungan manusia dengan Tuhan melalui pengalaman-pengalaman yang terkadang sulit dipahami, seperti al-Halul, Wahdat al-Wujud, dan lain-lain.


Sifat dasar neo-sufisme

Beberapa ciri utama Neo Sufisme berdasarkan komentar para ahli di bidang tasawuf adalah perbedaan antara Neo Sufisme dan Sufisme Lama:

  1. Menolak praktik mistik yang ekstrim dan penuh nafsu, misalnya ritual dzikir dengan tarian dan musik, serta dzikir yang tidak terkendali dan penuh gairah. Neo-Sufisme tampaknya memfasilitasi berbagai praktik dan ekspresi yang diterapkan oleh konsep Syariah.
  2. Ibadah para sufi yang berlebihan, penolakan terhadap kuburan dan tempat suci mereka yang dianggap terlalu fanatik dan berlebihan, mengakibatkan merosotnya keimanan dan ketidakpercayaan terhadap tauhid kepada Allah dapat meruntuhkan landasan, dan ini jelas terjadi sebelum gerakan Wahabi masuk Arab Saudi. pada abad ke-18. Sikap seperti ini diilhami oleh Ibnu Taimiyah.
  3. Penyangkalan terhadap ajaran Wahdat al-Wujud. Pemahaman seperti ini masih diperdebatkan baik oleh masyarakat awam maupun para ulama fiqih. Dalam neo-sufisme, konsep semacam ini dianggap sebagai kerangka transendensi Tuhan yang akan tetap menjadi Tuhan pencipta.
  4. Penolakan terhadap obsesi siswa terhadap guru biasanya disebut dalam tasawuf kuno hanya dengan ketaatan dan kesetiaan mutlak kepada guru. Dalam Neo-Sufisme, siswa tidak wajib mengikuti ajaran gurunya jika sudah jelas ada sesuatu yang bertentangan dengan syariat, namun siswa wajib berjuang melawannya. Selain itu, dalam Neo-Sufisme, hubungan antara guru dan murid didasarkan pada komitmen sosial dan moral sesuai Al-Qur’an dan Sunnah.
  5. Dalam Neo-Sufisme, kedudukan syekh tarekat adalah Rasulullah SAW, dan bukan pendiri tarekat tersebut. Jadi neo-sufisme menempatkan pendiri tarekatnya, Nabi Muhammad SAW, yang kemudian menjadi teladan dalam aktivitas berpikir dan zikir, serta menjadi teladan dalam segala hal.

Ini artikelnya duniapendidikan.co.id tentang Asal Kata Tasawuf : Asal Usul, Keyakinan, Contoh Pengertian, Ajaran Dasar, Tren, Pemikiran, Ciri-ciri, Sifat Dasar, Semoga artikel ini bermanfaat bagi anda semua.



Sabung Ayam Online

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *