Sejarah Kerajaan Mataram Kuno
Kerajaan Mataram Kuno didirikan sekitar abad ke-8 dengan pusat kerajaan di Jawa Tengah. Berdirinya kerajaan Mataram kuno digambarkan dalam Prasasti Kengal (732 M). Isi prasasti Kangal antara lain menjelaskan bahwa:
- Raja Sanjaya mendirikan air terjun di Bukit Kanjar Kunja (Koh Vokir).
- Pulau Jawa kaya akan beras dan emas.
- Kerajaan Mataram kuno pada mulanya dipimpin oleh Raja Suna. Setelah Raja Suna meninggal, ia digantikan oleh Raja Sanjay.
Raja Sanjaya mampu menguasai wilayah sekitarnya dan menciptakan kesejahteraan bagi rakyatnya. Raja Sanjaya adalah putra Sinha, saudara perempuan Raja Sinha.
Prasasti lain yang menggambarkan keberadaan kerajaan Mataram kuno adalah Prasasti Mantiasih (Kedo/Baleting), Kalasan, dan Karingtinga. Prasasti Mantyashiya memuat keterangan tentang raja-raja yang memerintah di Mataram, yaitu:
- Rakai Iyiatarara Ratu Sanjaya
- Sri Maharaja Rakai Panangkaran
- Sri Maharaja Rakai Pananggalan
- Sri Maharaja Rakai Warak
- Sri Maharaja Rakai Guring
- Sri Maharaja Rakai Pikatan
- Sri Maharaja Rakai Kiwangi.
- Sri Maharaja Rakai Vatuhumling
- Pemungutan suara Sri Maharaja Rakai Watukura
Wilayah Mataram meliputi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kehidupan masyarakat aman dan sejahtera, serta kehidupan beragama damai. Ia juga membangun bangunan untuk umat Hindu dan Buddha, seperti Candi Prambanan dan Candi Palausan.
Puncak kejayaan Kerajaan Mataram kuno dicapai pada masa pemerintahan Raja Balitang (898-910). Pemerintahan ini telah meninggalkan banyak catatan baik di Jawa Tengah maupun Jawa Timur. Sementara itu, Raja Balitang melanjutkan pembangunan Candi Prambanan yang belum selesai.
Pembangunan candi Prambanan selesai pada masa pemerintahan Raja Daksa (penerus Baliting). Raja Daksa (910-919) digantikan oleh Raja Tulodong (919-924) dan kemudian oleh Raja Wawa (924-929). Raja Wawa kemudian digantikan oleh menantunya Empu Sendok.
Pada tahun 929 Mpu Sendok memindahkan pusat kerajaan Mataram Kuno dari Jawa Tengah ke Jawa Timur. Menurut para ahli sejarah, langkah tersebut dilakukan karena wilayah Mataram sedang dilanda letusan gunung berapi. Kerajaannya berpusat di Vatugala, wilayah antara Gunung Semeru dan Gunung Willis.
Mpu Sanduk merupakan pendiri dinasti penguasa baru di Mataram, yaitu Dinasti Isiana. Masa pemerintahan Mpu Sanduk berhasil memajukan pertanian, perdagangan dan kehidupan keagamaan.
Setelah Mpu Sindok, raja yang pernah memerintah di Mataram hanyalah Dharmavungsa (991-1016) dan Erlingga (1019-1049). Raja Dharmavungsa berusaha memperluas wilayah kekuasaannya hingga ke Bali, Kalimantan dan Banka. Ia pun mengirimkan armada untuk menyerang kekuasaan Sri Wijaya dan berhasil merebut sebagian wilayah Sri Wijaya sehingga memajukan kerajaannya.
Pada masa pemerintahan Raja Dharmavungsa disusun kitab hukum Purvadigama. Kitab ini disusun untuk mengatur tatanan sosial pada kerajaan Mataram Kuno.
Pemerintahan Raja Dharmavungsa diakhiri dengan peristiwa yang dikenal dengan Pralaya Medang. Ketika Dharmavungsa menikahkan putrinya dengan Erlinga (putra mahkota kerajaan Bali), istananya diserang oleh Varvari, raja bawahannya dan sekutu kerajaan Sriwijaya. Di Pralaya Medang, Dharmawangsa terbunuh, namun Erlanga dan pengikutnya berhasil melarikan diri.
Pada tahun 1019, Erlinga dinobatkan sebagai Kerajaan Mataram kuno oleh para pendeta Buddha. Ia menjadi penerus dinasti Isyana dengan gelar Sri Maharaja Rakaihalu Sri Lokesvara Dharmavungsa Erlingga Anantvikramamotingadeva. Erlanga berhasil mengembalikan kejayaan Kerajaan Mataram kuno yang wilayah kekuasaannya mencakup Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Bali.
Pemerintahan Erlanga berakhir ketika ia membagi kerajaannya menjadi dua. Pendistribusiannya dilakukan oleh MPU Bharda. Setelah perpecahan selesai, Erlanga kemudian menjadi pinggiran.
Prasasti Kerajaan Mataram Kuno
Berikut prasasti-prasasti yang merupakan jejak kerajaan Mataram Kuno.
1. Prasasti Sujomartu (abad ke-7)
Prasasti tersebut ditemukan menggunakan bahasa Melayu Kuno di Desa Sujomerto, Pekalongan. Isi prasasti ini menunjukkan bahwa Sailandra adalah seorang penganut agama Budha.
2. Prasasti Kangal (732 M)
Prasasti Kangal berbentuk Candrasingkala. Prasasti ini ditemukan di puncak bukit desa Kangal. Isi teks ini telah dijelaskan pada bagian sebelumnya.
3. Prasasti Classan (778 M)
Prasasti tersebut ditulis menggunakan aksara Sansekerta dan Prangari (India Utara). Prasasti Kalasan ditemukan di desa Kalasan Yogyakarta. Prasasti ini menceritakan tentang Raja Sailandra yang membujuk Rakai Panangkaran untuk membangun sebuah bangunan suci untuk Dewi Tara. Dimana bangunan suci ini akan digunakan sebagai biara bagi para pendeta Buddha.
4. Prasasti Kalori (782 M)
Prasasti Kalorik ditemukan di desa Parambanan menggunakan bahasa Sansekerta dan ditulis menggunakan aksara Prangari. Isi prasasti ini menceritakan tentang pembangunan arca Manjusri berupa Buddha, Dewa Wisnu dan Sangha.
5. Prasasti Ratoboko (856 M)
Isi prasasti ini mengacu pada kekalahan Balapatardeva dalam perebutan kekuasaan melawan kakak laki-lakinya Rakai Pikatan.
6. Prasasti Mantyashiya (907 M)
Prasasti ini menjelaskan nama-nama raja yang memerintah di kerajaan Mataram seperti yang telah disebutkan sebelumnya.
Candi peninggalan Kerajaan Mataram kuno
Selain prasasti, kerajaan Mataram kuno juga meninggalkan banyak candi yang tersebar di berbagai daerah:
- Kuil Gatotaka
- Candi Arjuna
- Bima Mandir
- Candi Borobudur
- Candi Mandut
- Candi Pawan
- Kuil Pantadeva
- Kuil yang tampak
Mata Pelajaran Lainnya
Seseorang yang menyenangi dunia teknologi khususnya gadget dan komputer. Selamat menulis dan berbagi informasi bermanfaat.