Sejarah pulau ini penuh dengan gemerlap kemegahan dan kebijaksanaan para penguasa yang menciptakan kerajaan-kerajaan megah, salah satunya adalah Kerajaan Kediri atau dikenal juga dengan Kerajaan Panjalu. Berdiri di tepian Sungai Brantas di Jawa Timur, Kerajaan Kederi merupakan bagian integral dari Kerajaan Mataram kuno dengan warisan Hindu yang kuat. Keberadaannya mengisahkan lahir dan berkembangnya sebuah kerajaan yang menciptakan warisan tak terlupakan.
Ceritanya Kerajaan Kedari Dimulai pada abad ke-12, kira-kira antara tahun 1042 dan 1222 M. Penciptanya adalah Air Kengga, seorang pemimpin bijaksana yang membagi wilayah kerajaan Kahoripan menjadi dua bagian pada tahun 1041 Masehi. Pembagian ini dilakukan oleh Empu Bharda, seorang Brahmana sakti, dan menghasilkan dua keadaan baru: Jinggala (Kahoripan) dan Panjalu (Kederi). Batas antara keduanya ditentukan oleh Sungai Gunung Kavi dan Sungai Brantas, sehingga menciptakan dua entitas yang berkembang secara mandiri.
Namun, sepeninggal Airlinga, konflik mulai menghiasi sejarah kedua negara. Prasasti Sera Keating (1104 M) menyebut Sri Jayavarsa sebagai raja pertama Kediri yang menunjukkan adanya konflik dan pergolakan dalam perebutan kekuasaan. Pusat resmi Kerajaan Kediri terletak di Daha atau yang sekarang kita kenal dengan Kota Kediri, berada di tepian Sungai Brantas yang merupakan jalur pelayaran penting pada saat itu. Dipimpin oleh Sri Samarawijaya pada awal berdirinya, kerajaan Kediri berkembang pesat dan menjadi kekuatan yang patut diperhitungkan di pulau tersebut. Namun puncak kejayaannya terjadi pada masa pemerintahan Syah Jaya Biya (1135-1159 M). Masa ini menjadi masa keemasan, dimana sastra berkembang pesat dan pengaruh kerajaan Kudadiri menyebar ke seluruh pulau, bahkan melampaui dominasi kerajaan Sriwijaya.
Baca juga:
Berdirinya Kerajaan Kedari: Bagian dari Peninggalan Sejarah
Perintah Airlingaga untuk membagi kerajaan Kahoripan menjadi dua merupakan tonggak sejarah bagi semenanjung tersebut. Prasasti Turun Hyang II (1044 M) mencatat terjadinya perang saudara antara Jingala dan Kediri sepeninggal Airlingga. Walaupun kerajaan Kediri belum terungkap sepenuhnya pada awal perkembangannya, namun prasasti Sera Keating tahun 1104 memberikan informasi paling awal tentang keberadaan kerajaan Kediri dengan menyebut Sri Jayavarsa sebagai raja pertamanya. Letak geografis Kerajaan Kedari di Jawa Timur khususnya di Daha memberikan keuntungan yang strategis. Pusat resminya yang terletak di tepian Sungai Brantas menjadi pusat pelayaran yang sibuk, mendukung pertumbuhan dan stabilitas kerajaan. Daftar raja kerajaan Kediri, seperti Sri Bameshwara, Sri Jaya Biya, dan Sri Kirtajaya mencerminkan kepemimpinan yang kuat dan pertumbuhan yang stabil.
Namun kesuksesan tidak selamanya abadi. Setelah hampir dua abad berdiri, Kerajaan Kedari mulai menghadapi titik lemah. Konflik antara Raja Kartajaya dan kaum Brahmana menjadi pemicu terjadinya perang. Keluarga Kartajaya, yang memerintah dari tahun 1194 hingga 1422, terkenal kejam dan bahkan mengaku sebagai dewa. Kekejamannya memuncak ketika dia memaksa para Brahmana untuk memujanya dan mengklaim ketidakmampuan Dewa Siwa untuk mengalahkannya.
Berakhirnya Kerajaan Kedari: Akhir yang Sedih
Perang antara Panjalu dan Jingala yang berlangsung selama 60 tahun ini merupakan puncak dari konflik antara kedua putra Airalingga yang merasa berhak atas takhta ayahnya. Pada akhirnya Jingala berhasil memenangkan perang tersebut, namun Panjalu berhasil merebut seluruh tahta yang sebelumnya dimiliki oleh Airalingga. Akibat kemenangan tersebut, ibu kota kerajaan dipindahkan ke Kederi, dan akhirnya Panjalu lebih terkenal dari Kederi. Setelah kemenangan ini, Kerajaan Kediri mulai mengalami kemunduran. Pusat pemerintahan yang semula di Daha kini harus dipindahkan, dan Kerajaan Batu yang didirikan oleh Ken Uruk menjadi penggantinya. Peninggalan kerajaan Kederi seperti situs Tonduongsu, arca Dewa Siwa Ketur Maka, prasasti Sera Keating, prasasti Tolingagung dan Kirtosuno, prasasti Ngantang, Prasasti Agresi, dan prasasti Kamula, menjadi bukti nyata kejayaan yang pernah ada.
Peninggalan dan jejak sumber penting ditemukan oleh kerajaan Kedari
Berikut beberapa jejak kerajaan Kedari, antara lain:
- Candi Penatran terletak di Kecamatan Ngjuk, Kabupaten Ngjuk, Jawa Timur. Candi ini merupakan candi Hindu terbesar di Jawa Timur.
- Candi Saruna terletak di Kecamatan Zilla, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Candi ini merupakan candi Budha yang dibangun pada masa pemerintahan Raja Jaya.
- Prasasti Kakavan Nagarkritagama ditulis pada masa pemerintahan Raja Jayanagara dari Kerajaan Majapahit. Prasasti ini mencatat sejarah kerajaan Kediri.
Baca juga:
Kerajaan Kedari Meninggalkan pengaruh yang besar terhadap perkembangan sejarah dan kebudayaan di Indonesia. Kerajaan ini berhasil mengembangkan berbagai bidang, seperti politik, ekonomi, budaya, dan agama. Sumber utama mengenai kerajaan Kedari adalah prasasti yang terdapat di wilayah Jawa Timur, antara lain:
- Prasasti Sera Keating ditemukan di Desa Sera Keating, Kecamatan Ngjuk, Kabupaten Ngjuk, Jawa Timur. Prasasti tersebut ditulis pada tahun 1126 Saka atau tahun 1204 M dan mencatat kekuasaan kerajaan Kediri mulai dari Raja Kartajaya hingga Ken Uruk.
- Prasasti Kumulan ditemukan di Desa Kumulan, Kecamatan Tulanggang, Kabupaten Tulanggang, Jawa Timur. Prasasti tersebut ditulis pada tahun 1194 Saka atau tahun 1272 M dan memuat sejarah kerajaan Trenggalek dan Tulingagong serta Kederi ketika diserahkan oleh raja Kerajaan Timur.
- Prasasti Jarang, ditemukan di Desa Gerang, Kecamatan Peri, Kabupaten Kedari, Jawa Timur. Prasasti ini ditulis pada tahun 1194 Saka atau tahun 1272 M dan berisi informasi tentang pemberian kepada rakyat oleh Raja Kartajaya.
- Prasasti Ngintang ditemukan di Desa Ngintang, Kecamatan Ngintang, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Prasasti ini ditulis pada tahun 1194 Saka atau tahun 1272 M dan berisi informasi tentang pemberian kepada rakyat oleh Raja Kartajaya.
- Prasasti Galanging ditemukan di Desa Galanging, Kecamatan Sikalangkolon, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Prasasti ini ditulis pada tahun 1201 Saka atau tahun 1279 M dan berisi informasi tentang pembangunan candi oleh Raja Curtajaya.

Hasilnya
Melalui jalan setapak Sejarah Peninggalan tertulis dan megah, Kerajaan Kediri tetap hidup dalam kenangan dan warisan semenanjung. Kisah kebangkitan, kejayaan, konflik, dan akhir tragisnya, semuanya telah menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah pulau ini. Meski sudah berabad-abad berlalu, namun kerajaan ini meninggalkan kenangan akan keagungan dan kejayaan yang perlu kita lestarikan dan pelihara sebagai bagian dari jati diri dan warisan budaya bangsa kita.
Referensi:
Tim redaksi. 2023. “Kerajaan Kadiri.” WikipediaWikipedia. kolom berita. Edisi Senin, 10 November. Diakses pada Rabu, 15 November 2023, 09:24.
Villandry, Tersana. 2021. “Kerajaan Kedari: Sejarah Berdirinya, Kemuliaan dan Kejayaannya.” Detikado. kolom berita. Edisi Selasa, 31 Agustus. Diakses pada Rabu, 15 November 2023, 14:44.
Tim Redaksi 2023. “Sejarah Kedari.” SMAN13Semarang. kolom berita. Edisi Senin, 12 Februari. Diakses pada Rabu, 15 November 2023, 08:54.
Teniot, Melanie. 2023. “Sejarah Kerajaan Kediri, Puncaknya, dan Peninggalannya.” Media Indonesia. kolom berita. Edisi Senin, 01 Mei. Diakses pada Rabu, 15 November 2023, 08:54.
Hera tergesa-gesa, Sejarah pulau ini pada masa Hindu-Buddhauntuk , untuk , untuk , . Penerbit Mangga.
Zol’ Asri, Sejarah pulau ini pada masa Hindu-Buddhauntuk , untuk , untuk , . Penerbit Mangga.
Zafri, Sejarah pulau ini pada masa Hindu-Buddhauntuk , untuk , untuk , . Penerbit Mangga.
Tag: Penanda Sejarah, Sejarah Pulau
Agen Togel Terpercaya
Bandar Togel
Sabung Ayam Online
Berita Terkini
Artikel Terbaru
Berita Terbaru
Penerbangan
Berita Politik
Berita Politik
Software
Software Download
Download Aplikasi
Berita Terkini
News
Jasa PBN
Jasa Artikel

